Bab 715
Bab 715
Selena langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Ketika Hansen mendengar berita ini, dia sudah hampir
runtuh.
Firasat buruknya menjadi kenyataan. Dia langsung terbang dari Kota Arama dalam semalam.
Harvey tampak berdiri di luar ruang gawat darurat. Kemeja yang dia kenakan kini penuh dengan darah Selena, tetapi dia tidak peduli dan hanya menutup matanya.
Chandra mendekatinya dengan hati–hati. Setelah ragu–ragu sejenak, dia akhirnya berbicara, “Tuan Harvey, aku barusan menyuruh orang mengambil catatan medis Nyonya di rumah sakit tempat Lewis
bekerja dulu.”
Harvey tengah berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung. Wajahnya tampak sedingin es. Dial terus tenggelam dalam pikirannya sendiri dan baru tersadar saat Chandra berbicara dengannya.
Chandra menyerahkan dua laporan patologi.
“Laporan pertama dilakukan ketika Nyonya pingsan kala merawat Tuan Arya. Lewis mencurigai mengidap kanker lambung dan melakukan endoskopi lambung serta biopsi. Hasilnya adalah kanker
lambung stadium tiga.”
“Laporan kedua ini saat kamu meminta Hansen melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh kepadanya. Setelah diselidiki, kami menemukan laporan CT payudara Nyonya telah dimanipulasi. Saat itu, dia
sudah tahu ada orang yang telah menyuap dokter dan mengubah laporannya menjadi laporan biasa untuk
mengelabuinya.”
LA
Jari–jari Harvey tampak gemetar saat melihat ukuran tumor di laporan pencitraan resonansi magnetik
dan biopsi.
Dia melihat sekilas waktu laporan itu. Berdasarkan daya ingatnya yang kuat, dia sadar hari itu adalah hari di mana dia menemani Harvest untuk pemeriksaan anak.
Selena yang telah berperang dingin dengannya selama tiga bulan tiba–tiba meneleponnya. Suaranya di ujung telepon terdengar berbeda dari biasanya, seakan–akan dipenuhi rasa lelah dan lemah yang tak
ada habisnya.
Hingga sekarang. Harvey masih ingat dengan nada bicaranya saat itu, “Harvey, ayo kita bercerai.”
Saat itu, Selena baru tahu dirinya mengidap kanker. Dia pasti sangat takut dan panik, ‘kan?
Apa yang Harvey lakukan saat itu? Melihat rumah yang sepi, bunga di dalam vas sudah layu, jelas ada yang tidak beres.
Selena begitu mencintai kehidupan, bagaimana mungkin dia membiarkan bunga layu?
Mengapa dia tidak menyadarinya saat itu? Content provided by NôvelDrama.Org.
Kenapa Harvey tidak mau percaya kepadanya padahal Selena sudah berkali–kali mengatakan dirinya
sakit?
Harvey perlahan mengepalkan jari–jarinya dan meremas laporan di tangannya itu.
Saat Selena membutuhkannya, dia malah menyakitinya berulang kali demi balas dendam.
Harvey selalu bilang dia mencintainya, tetapi pada akhirnya orang yang menyakiti Selena juga dirinya
sendiri.
Lewis yang berdiri di belakangnya hanya bisa melihat kepala Harvey yang tertunduk, tetapi tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya.
Lewis berkata dengan suara pelan, “Aku pernah membujuknya. Saat itu, kondisinya masih belum terlalu parah dan tingkat kesembuhan sebesar lima puluh persen, tapi dia nggak mau berobat. Apa kamu tahu
alasannya?”
Tentu saja Harvey tahu alasannya tekanan hidup yang Selena rasakan saat itu sudah hampir membuatnya hancur. Ditambah lagi, Harvey juga menyembunyikan kebenaran tentang Agatha, Baik itu perasaan ataupun hubungan keluarga, kenyataan telah mendorongnya ke tepi jurang dan membuatnya
putus asa.
“Gara–gara aku.”
“Ya, gara–gara kamu. Padahal dia sudah memutuskan untuk menjalani pengobatan. Aku bahkan sempat melakukan kemoterapi kepadanya dan hasilnya juga bagus, tapi gadis bodoh itu malah menyerah. Dia
bilang dia berutang kepadamu.”
Postur tubuh Harvey yang biasanya tegap itu kini tampak bungkuk. Bahunya terlihat gemetar dan air matanya mengalir dari bagian atas hidungnya dan mengenai laporan pemeriksaan kesehatan itu hingga
membentuk bercak air.
Selangkah demi selangkah, Lewis berjalan ke arahnya. Pria yang hebat itu kini terlihat begitu rapuh.
Lewis memandang Harvey dengan tatapan dingin dan melontarkan pertanyaan yang menggetarkan jiwa.
“Pada akhirnya, dia yang berutang kepadamu atau kamu yang berutang kepadanya?”